CYBER CRIME “FIRE SALE” mitos atau nyata?
Kondisi
informasi dan teknologi (IT) yang maju secara signifikan dari hari ke
hari menciptakan dampak positif tersendiri bagi pengguna jasa IT.
Perusahaan-perusahaan membutuhkan tim IT untuk menciptakan Otomatisasi
perkantoran (Office automation) yang memudahkan para pegawai perkantoran
dapat melakukan tugas-tugas mereka lebih mudah, cepat, dan effisien.
Kemajuan IT yang pesat juga berdampak bagi individual perorangan.
Kemajuan pada kemudahan kita dalam berkomunikasi berkembang bahkan
kurang dari 15 tahun. Bayangkan perangkat-perangkat komunikasi 10 tahun
yang lalu, masyarakat masih menggunakan perangkat telfon genggam yang
super besar dan biaya untuk berkomunikasi-pun sangat mahal, sehingga
hanya orang-orang tertentu yang memiliki teknologi telfon genggam
tersebut. Internet-pun pada saat itu sangat jarang, sehingga untuk
mencari informasi yang kita butuhkan tidak semudah sekarang.
Kemajuan
pesat pada bidang IT membuktikan bahwa kemajuan berfikir manusia secara
logika berkembang pesat pula. Ada banyak jejaring social yang
memudahkan kita berbagi apapun pada satu website jejaring social. Mulai
dari berbagi foto, music, video, bahkan berbagi informasi yang penting.
Secara tidak langsung, kita sudah berbagi informasi diri kita sendiri
kepada dunia.
Namun,
banyak juga orang-orang yang berfikiran atau bahkan sudah melakukan
pemanfaatan situasi canggih skarang ini untuk keuntungan pribadi. Kita
mengenal cyber crime atau kejahatan dalam dunia maya. Kriminalitas yang
dilakukan dalam jejaring, apapun bentuk jejaring tersebut. Banyak kasus
pembobolan akun jejaring social, bahkan pembobolan e-mail pribadi, dan
yang lebih kritis pembobolan server komputer-komputer perusahaan besar.
Bayangkan kerugian yang kita berdampak pada kita, dan bayangkan juga
kerugian yang berdampak bagi perusahaan yang telah di retas
data-datanya. Peretas kan memanfaatkan situasi tersebut untuk
keuntungannya sendiri. Motif kejahatan ini umumnya dilakukan oleh
peretas yang di sewa oleh saingan usaha yang tidak bersain secara
sportif, biasanya informasi-informasi yang di retaskan sangat bermanfaat
untuk menjatuhkan sebuah perusahaan. Lalu apa jadinya jika satu Negara
yang di retas mulai dari system keamanan informasi (keuangan,
telekomunikasi, dll), system arus lalu lintas (transportasi), dan system
pertahanan nasional-nya (persenjataan negara)? Para ahli peretas
menjuluki kejahatan tersebut Fire Sale.
Fire
Sale sebenarnya berdefinisi Penjualan barang dengan diskon
besar-besaran, biasanya penjualan tersebut akan diadakan menjelang
kebangkrutan usaha atau perpindahan jenis usaha. Istilah ini pada
awalnya muncul karena didasarkan penjualan barang akibat kebakaran
hutan. Fire sale bukanlah obral biasa, fire sale sendiri maknanya lebih
condong ke penjualan terakhir, sampai batas persediaan habis.
Jika kita telusuri kembali arti fire sale dalam terjemahan cyber crime,
mungkin bisa kita artikan membakar habis satu system yang terintegrasi
dengan system lainnya, yang menimbulkan efek terbakarnya system yang
lain, kemudian mengambil keuntungan dalam situasi kacau tersebut. Motif
fire sale mungkin saja awal dari sebuah sabotase negara, terorisme, atau
tidak menutup kemungkinan penguasaan dunia.
Fire
sale hanya membutuhkan 3 titik inti untuk dilumpuhkan pada suatu Negara
sehingga Negara tersebut mengalami bencana kekacauan sistematis
(systematic chaos). Kita pernah mengalami systematic chaos pada awal
millennium tahun 2000 lalu, yang kita kenal dengan istilah Y2K. Fire
sale sangat berbeda dengan Y2K, karena peristiwa Y2K adalah murni alami,
bukan sebuah perencanaan. Sedangkan fire sale jelas sebuah rencana
besar untuk membagun ulang sebuah system yang akan dikuasai sepenuhnya
oleh pelakunya. Kembali ke 3 titik inti yang akan diserang oleh peretas
fire sale, ketiga titik tersebut yaitu: (1) Sektor transportasi yang
mencakup system lampu merah lalu lintas, penunjuk jalan digital, dll,
(2) sector pelayanan public dan keamanan, yang mencakup telekomunikasi,
data sensus, data kemanan, bahkan pengendalian langsung persenjataan
negara, dan (3) Sektor financial Negara, jelas mencakup keuangan Negara
serta inventory financial lain milik Negara.
Dibutuhkan
peretas yang sangat ahli dan berpengalaman dalam melakukan Fire Sale,
karena peretasan system nasional bukan lah hal yang mudah. Akan ada
banyak algoritma yang beraneka ragam dan untuk meng-enkripsi data-data
rahasia Negara. Tentu saja pakar IT pemerintah bukan orang sembarangan
yang hanya bisa mengoperasikan dan menguasai beberapa algoritma “saja”.
Akan tetapi pemerintah juga harus memperhatikan kualitas pekerja
departemen IT Negara-nya, karena faktor perkembangan teknologi yang
terus berkembang pesat maka secara otomatis akan banyak juga celah bagi
peretas-peratas yang sudah mengetahui perkembangan teknologi yang akan
dipakai atau yang akan menjadi “trend”.
Kembali pada ketiga titik inti yang menjadi sasaran fire sale, yaitu:
(1)
Sector Transportasi; jika terserang oleh peretas maka akan ada banyak
kekacauan lalu lintas dimana-mana. Bayangkan saja jika lampu merah Ibu
kota Jakarta kita diretas oleh pihak tidak bertanggung jawab, bayangkan
saja Deadlock pada operasi computer kita tetapi terjadi di tengah
persimpangan jalan raya besar dimana mobil-mobil mati langkah. Mungkin
sebelum terjadi deadlock jalan raya ini, sudah terjadi kecelakaan
sebelumnya? Apapun bisa terjadi.
(3)
Sector financial Negara; menjadi target terakhir Fire Sale. Alasan yang
cukup logis, karena jika kedua langkah di atas berjalan sesuai dengan
yang diharapkan, maka secara otomatis pemerintah akan mengesampingkan
prioritas keamanan financial Negara. Pada saat itulah si peretas ini
meluncurkan aksinya untuk membobol uang Negara dengan mudah, bahkan
mungkin tanpa di sadari oleh pemerintah atau pihak berwenang di bidang
financial tersebut. Apa yang bisa diharapkan dari Negara yang sudah
porak-poranda dan bangkrut pula?
Akan
tetapi banyak pakar yang menentang teori Fire Sale ini, teori cyber
crime yang penuh kontroversi di kalangan peretas. Banyak yang
berpendapat bahwa kejahatan cyber macam ini tidak mungkin terjadi karena
dibutuhkan computer yang super canggih dan satu “pasukan peretas” yang
ahli dalam bidang pembobolan dan algoritma yang unik dan beragam. Banyak
pula peretas yang mengatakan Fire Sale hanya mitos dan tidak akan
pernah terjadi. Semoga saja pendapat itu benar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar