Selasa, 17 Februari 2015

Cyber Crime FIRE SALE, Mitos atau Nyata?


CYBER CRIME “FIRE SALE” mitos atau nyata? 

      Kondisi informasi dan teknologi (IT) yang maju secara signifikan dari hari ke hari menciptakan dampak positif tersendiri bagi pengguna jasa IT. Perusahaan-perusahaan membutuhkan tim IT untuk menciptakan Otomatisasi perkantoran (Office automation) yang memudahkan para pegawai perkantoran dapat melakukan tugas-tugas mereka lebih mudah, cepat, dan effisien. Kemajuan IT yang pesat juga berdampak bagi individual perorangan. Kemajuan pada kemudahan kita dalam berkomunikasi berkembang bahkan kurang dari 15 tahun. Bayangkan perangkat-perangkat komunikasi 10 tahun yang lalu, masyarakat masih menggunakan perangkat telfon genggam yang super besar dan biaya untuk berkomunikasi-pun sangat mahal, sehingga hanya orang-orang tertentu yang memiliki teknologi telfon genggam tersebut. Internet-pun pada saat itu sangat jarang, sehingga untuk mencari informasi yang kita butuhkan tidak semudah sekarang.

         Kemajuan pesat pada bidang IT membuktikan bahwa kemajuan berfikir manusia secara logika berkembang pesat pula. Ada banyak jejaring social yang memudahkan kita berbagi apapun pada satu website jejaring social. Mulai dari berbagi foto, music, video, bahkan berbagi informasi yang penting. Secara tidak langsung, kita sudah berbagi informasi diri kita sendiri kepada dunia. 

        Namun, banyak juga orang-orang yang berfikiran atau bahkan sudah melakukan pemanfaatan situasi canggih skarang ini untuk keuntungan pribadi. Kita mengenal cyber crime atau kejahatan dalam dunia maya. Kriminalitas yang dilakukan dalam jejaring, apapun bentuk jejaring tersebut. Banyak kasus pembobolan akun jejaring social, bahkan pembobolan e-mail pribadi, dan yang lebih kritis pembobolan server komputer-komputer perusahaan besar. Bayangkan kerugian yang kita berdampak pada kita, dan bayangkan juga kerugian yang berdampak bagi perusahaan yang telah di retas data-datanya. Peretas kan memanfaatkan situasi tersebut untuk keuntungannya sendiri. Motif kejahatan ini umumnya dilakukan oleh peretas yang di sewa oleh saingan usaha yang tidak bersain secara sportif, biasanya informasi-informasi yang di retaskan sangat bermanfaat untuk menjatuhkan sebuah perusahaan. Lalu apa jadinya jika satu Negara yang di retas mulai dari system keamanan informasi (keuangan, telekomunikasi, dll), system arus lalu lintas (transportasi), dan system pertahanan nasional-nya (persenjataan negara)? Para ahli peretas menjuluki kejahatan tersebut Fire Sale.

       Fire Sale sebenarnya berdefinisi Penjualan barang dengan diskon besar-besaran, biasanya penjualan tersebut akan diadakan menjelang kebangkrutan usaha atau perpindahan jenis usaha. Istilah ini pada awalnya muncul karena didasarkan penjualan barang akibat kebakaran hutan. Fire sale bukanlah obral biasa, fire sale sendiri maknanya lebih condong ke penjualan terakhir, sampai batas persediaan habis. Jika kita telusuri kembali arti fire sale dalam terjemahan cyber crime, mungkin bisa kita artikan membakar habis satu system yang terintegrasi dengan system lainnya, yang menimbulkan efek terbakarnya system yang lain, kemudian mengambil keuntungan dalam situasi kacau tersebut. Motif fire sale mungkin saja awal dari sebuah sabotase negara, terorisme, atau tidak menutup kemungkinan penguasaan dunia.

        Fire sale hanya membutuhkan 3 titik inti untuk dilumpuhkan pada suatu Negara sehingga Negara tersebut mengalami bencana kekacauan sistematis (systematic chaos). Kita pernah mengalami systematic chaos pada awal millennium tahun 2000 lalu, yang kita kenal dengan istilah Y2K. Fire sale sangat berbeda dengan Y2K, karena peristiwa Y2K adalah murni alami, bukan sebuah perencanaan. Sedangkan fire sale jelas sebuah rencana besar untuk membagun ulang sebuah system yang akan dikuasai sepenuhnya oleh pelakunya. Kembali ke 3 titik inti yang akan diserang oleh peretas fire sale, ketiga titik tersebut yaitu: (1) Sektor transportasi yang mencakup system lampu merah lalu lintas, penunjuk jalan digital, dll, (2) sector pelayanan public dan keamanan, yang mencakup telekomunikasi, data sensus, data kemanan, bahkan pengendalian langsung persenjataan negara, dan (3) Sektor financial Negara, jelas mencakup keuangan Negara serta inventory financial lain milik Negara. 

       Dibutuhkan peretas yang sangat ahli dan berpengalaman dalam melakukan Fire Sale, karena peretasan system nasional bukan lah hal yang mudah. Akan ada banyak algoritma yang beraneka ragam dan untuk meng-enkripsi data-data rahasia Negara. Tentu saja pakar IT pemerintah bukan orang sembarangan yang hanya bisa mengoperasikan dan menguasai beberapa algoritma “saja”. Akan tetapi pemerintah juga harus memperhatikan kualitas pekerja departemen IT Negara-nya, karena faktor perkembangan teknologi yang terus berkembang pesat maka secara otomatis akan banyak juga celah bagi peretas-peratas yang sudah mengetahui perkembangan teknologi yang akan dipakai atau yang akan menjadi “trend”.

     Kembali pada ketiga titik inti yang menjadi sasaran fire sale, yaitu:
   (1) Sector Transportasi; jika terserang oleh peretas maka akan ada banyak kekacauan lalu lintas dimana-mana. Bayangkan saja jika lampu merah Ibu kota Jakarta kita diretas oleh pihak tidak bertanggung jawab, bayangkan saja Deadlock pada operasi computer kita tetapi terjadi di tengah persimpangan jalan raya besar dimana mobil-mobil mati langkah. Mungkin sebelum terjadi deadlock jalan raya ini, sudah terjadi kecelakaan sebelumnya? Apapun bisa terjadi.

  (2) Sector Pelayanan dan Keamanan Publik; yang terserang peretas akan menjadi bencana yang sangat ampuh untuk melumpuhkan sebagian Negara. Seandainya system telekomunikasi diretas, maka bagian yang paling mudah ditebak adalah putusnya jaringan telfon, atau mungkin jaringan internet, bisa saja peretas mematikan kedua jaringan. Bukan hanya telekomunikasi, pelayanan public juga mencakup pelayanan energy listrik, air, dsb. Bisakah kita hidup tanpa adanya listrik? Atau kacaunya pemanfaatan tenaga air (PLTA)? Sama saja kembali ke zaman prasejarah. Kemudian peretas akan menyerang keamanan public  sekaligus nasional. Keamanan akan sangat berbahaya, bisa dikatakan senjata yang kita beli akan menyerang kita sendiri dikarenakan system yang telah diretas dan dikuasai oleh peratas, atau kemungkinan terburuk adalah peretas meluncurkan serangan kepada Negara lain melalui system keamanan nasional kita, dan sudah pasti akan memancing perang antar Negara, bahkan perang dunia.

   (3) Sector financial Negara; menjadi target terakhir Fire Sale. Alasan yang cukup logis, karena jika kedua langkah di atas berjalan sesuai dengan yang diharapkan, maka secara otomatis pemerintah akan mengesampingkan prioritas keamanan financial Negara. Pada saat itulah si peretas ini meluncurkan aksinya untuk membobol uang Negara dengan mudah, bahkan mungkin tanpa di sadari oleh pemerintah atau pihak berwenang di bidang financial tersebut. Apa yang bisa diharapkan dari Negara yang sudah porak-poranda dan bangkrut pula?

Akan tetapi banyak pakar yang menentang teori Fire Sale ini, teori cyber crime yang penuh kontroversi di kalangan peretas. Banyak yang berpendapat bahwa kejahatan cyber macam ini tidak mungkin terjadi karena dibutuhkan computer yang super canggih dan satu “pasukan peretas” yang ahli dalam bidang pembobolan dan algoritma yang unik dan beragam. Banyak pula peretas yang mengatakan Fire Sale hanya mitos dan tidak akan pernah terjadi. Semoga saja pendapat itu benar.



 Wikipedia – Fire Sale

Tidak ada komentar:

Posting Komentar